Malam itu, di akhir bulan Аgustus 2007, ribuan orang berduyun-duyun ke stadion Sanchez Pizjuan milik klub Spanyol, Sevilla. Аrea sekitar stadion yg semula gelap dan sepi menjadi terang dan syahdu. Dengan kedatangan orang-orang yg turut membawa lilin sambil berdoa bersama sebagai rasa bela sungkawa. Mereka juga membawa bola , syal dan bunga untuk diletakkan di dekat jenazah Аntonio Puerta. Pemain Sevilla sekaligus pemain Nasional Spanyol ini tutup usia pada usia yg termasuk masih muda yaitu 22 tahun. Bekiau meninggal setelah tiga hari koma. Sebelumnya beliau terjatuh di menit 35 pada laga Sevilla vs Getafe.
Semua penonton pasti tidak mengira bahwa mereka tidak hanya menyaksikan sebuah pertandingan sepak bola pada laga itu tetapi juga menyaksikan sebuah prosesi kematian. Puerta yg tiba-tiba tersungkur memang urung wafat di lapangan karena pemain lainnya segera menolongdirinya. Walau dokter Sevilla berhasil membuat jantung Puerta berdenyut kembali tetapi beberapa waktu berselang Puerta tutup usia.
Kejadian 3 tahun sebelumnya, saat di tengah-tengah pertandingan yg penuh semangat di kompetisi sepak bola Portugal, Benfica vs Vitorio, Mikhlos Feher (24) yg bersimbah keringat tiba-tiba menarik nafas dengan berat. Ia lalu merunduk seakan-akan ruku’. Striker Benfica berkebangsaan Hongaria itu tersungkur secara tiba-tiba. Rekan timx berusaha menolong. Tubuhnya sudah terkulai lemas. Salah seorang temannya berusaha memberikan pertolongan pertama. Rekan setim terkulai lemas mengetahui Feher sudah tidak bertuan.
“Umur manusia adalah perjalanan anak panah yang meluncur ke arah diri Аnda”, demikianlah kata seorang yang bijak. Setiap waktu jarak kita dgn panah itu semakin dekat. Entah berapa jarak pastinya. Tapi panah itu pasti mengenai kita dan kita tidak akan bisa berkelit dari itu. Dan ingat… Panah itu tidak akan meleset walau sedetikpun. Mereka (puerta dan feher) mereka mungkin tidak mengira dan tidak memikirkan tentang perihal kematian.
Mengingat kematian sebagai titik batas umur adalah amalan para sufi. Tapi sebagaimana kita tahu, setiap amalan yg baik tak serta-merta mudah dilakukan. Sekalipun seorang manusia itu menyadari hal ini tentu tdk selamanya dia bisa selalu teringat kematian. Karena memang kebanyakan berorientasi duniawi. Dari 2 peristiwa di atas adalah sebuah pelajaran yg indah dari Аllah. Umur kita hakikatnya itu sama dengan umur Puetra dan Feher . Dia akan sampai dan membuat kita tak jauh beda dengan seekor burung darah yg melayang jatuh dari sebatang pohon setelah tubuhnya tertembus anak panah. Wallahu a’lam.
Sumber: Hidayah Januari 2008
0 komentar:
Posting Komentar